Lima Rapor Biru, Dua Rapor Merah

Mereka adalah dinding kepercayaan yang menopang rumah demokrasi. Namun hadir pula dua rapor merah. Ini sinyal awal kegelisan dari rumah tangga warga negara. Tidak semua ruang di rumah kebangsaan ini terasa hangat.

Dua sektor strategis justru mendapat rapor merah dari publik. Yaitu lapangan pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan pokok. Sebanyak 60,8% masyarakat merasa mencari pekerjaan saat ini lebih sulit dibandingkan tahun sebelumnya. Hanya 11% yang merasa lebih mudah, sementara sisanya tidak melihat perubahan berarti. Keresahan ini melintasi kelas sosial dan latar pendidikan. Dari warga berpenghasilan di bawah Rp2 juta hingga mereka yang bergaji di atas Rp4 juta per bulan, dari lulusan SMA hingga D3 ke atas.

Mayoritas menyatakan sulitnya mencari pekerjaan. Bahkan wilayah seperti Maluku dan Papua mencatatkan angka tertinggi: 87% warganya menyatakan bahwa lapangan kerja semakin langka. Sementara itu, 58,3% responden mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan pokok, sebuah tanda tekanan psikologis domestik, khususnya pada sektor konsumsi dasar. Ketika harga sembako memberatkan, angka-angka tak lagi sekadar statistik. Mereka menjadi detak jantung dari kecemasan kolektif.

Empat Penyebab Rapor Merah. Ada empat alasan utama mengapa tekanan ini muncul dalam fase awal pemerintahan:

1. Tahap Awal Implementasi

Banyak program unggulan—seperti Makan Bergizi Gratis, Hilirisasi, Danantara, dan Koperasi Merah Putih—masih dalam tahap uji coba.