loading…
Pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian, Noor Huda Ismail. FOTO/IST
“Sebagai upaya pencegahan terhadap swa-radikalisasi di kalangan generasi muda, diperlukan peran keluarga yang proaktif dalam menanamkan literasi digital yang baik. Selain itu, sebaran narasi positif yang konsisten dan penegakan hukum yang tegas menjadi faktor pendukung dalam membentuk generasi muda yang resisten terhadap ideologi transnasional,” kata Noor Huda Kamis (8/8/2024).
Ia menjelaskan, gejala terpaparnya seseorang atau kelompok tertentu, bisa dikenali dengan menyoroti tiga aspek atau juga dikenal dengan konsep 3N, needs, network, dan narration. “Needs. Mungkin si individu yang terpapar ini sedang galau, mencari identitas, ataupun punya keinginan untuk dihormati. Pemenuhan kebutuhan emosional ini bisa jadi salah satu pintu masuknya seseorang terhadap kelompok radikal,” kata Noor Huda.
“Network. Model dan jangkauan jaringan ideologi transnasional semakin meluas. Kalau masa lalu itu kan jaringan kelompok radikal terorisme hanya berdasarkan offline. Kita harus datang ke pesantren atau pengajian tertentu, tapi sekarang itu orang bisa ke ‘syaikh’ Google, langsung jadi radikal. Ini salah satu tantangannya,” katanya.